Backup Data Belajar Blog Belajar Office Cerita Hiburan Hikmah Keajaiban dan Misteri Kesehatan Khotbah Kisah Orang Terbuang Komputer Laptop Handphone Mobil dan Motor Pendidikan Privasi Renungan Suka-suka Trading Forex Trik Internet Uncategories

Filsafat Umum

Filsafat Umum


Filsafat Umum
Menuju pemikiran filsafat
KEBENARAN
1. Pandangan Umum
Spinoza (1632-1677) telah menasehati agar orang lebih dahulu menyelidiki dengan seksama cara–cara yang digunakan dalam filsafat dan ilmu pengetahuan itu sebelum mempelajari masalah–masalah metafisika yang sedemikian sulit itu. Dengan demikian maka orang mengutamakan perhubungan yang telah tersinggung dalam bab 2, yaitu perhubungan antara masalah pengetahuan – yang berdasarkan kebenaran – dan masalah tepatnya pemikiran secara formal. Kita mulai dengan dasar pengetahuan, yaitu: 1.“ Kebenaran “, maka kita bertanya : “Apakah kebenaran itu ?”
Kemudian kita menanyakan :
2.” Ketetapan” yang formal , yaitu saluran yang dilalui dan yang harus dilalui oleh aliran pemikiran . Dalam membicarakan apa yang dinamakan masalah –masalah Logis , untuk sementara waktu kita menuruti juga pemisahan yang sudah biasa diadakan antara bentuk dan isi (saluran dan aliran), Walaupun pada hemat banyak orang pemisahan itu tidak dapat dipertahankan. Akhirnya menyusullah petanyaan ketiga, yang mengenai teori pengetahuan yang sedemikian itu .
Apabila kita berbicara tentang kebenaran, bentuk dan isi pengetahuan, dan seterusnya, maka sudah terkandunglah keyakinan, bahwa kita dapat berkata benar
dan karenanya memiliki pengtahuan yang sungguh menurut bentuk dan isinya .
Kesukarannya sama juga seperti membatasi suatu arti kata yaitu: guna membatasi arti kata itu, kita menerima kata–kata lain yang kita anggap telah cukup dipahami.
2. Masalah – Masalah Kebenaran
A. Pemakaian Kata
Dalam percakapan sehari – hari kita memakai kata “kebenaran” dalam berbagai – bagai arti , yang tidak terutama kita butuhkan dalam teori kebenaran. Dalam kehidupan sehari – hari kita mengenal perkataan “berkata benar”,yang berlawanan dengan“ berdusta”atau“berolok – olok” atau “berkhayal” . Dan seterusnya. Bahwasannya orang bersedia berkata benar, artinya tidak hendak berdusta, bahkan hendak tetap berkata benar sampai akhir, itulah dalam filsafat dianggap sudah barang tentu
Jadi tinggal kemungkinan, bahwa yang pertama – tama menjadi pokok dalam fisafat ialah “ kebenaran” . sebagai lawan dari “kekhilafan” dan “khayalan” ini dengan pengertian, bahwa tentu saja hypo tesis boleh dibuat, atau pengiraan yang berdasarkan bahan keterangan tentang kenyataan – kenyataan yang cukup banyak ,tapi yang tidak sempurna atau tidak sangat terang ,jadi besarlah kemungkinan kekhilafan.
Karena yang menjadi pokok dalam ilmu filsafat pengetahuan tentang kesungguhan sebagai keseluruhan dan sebagai demikin itu, maka haruslah kita Tanya dulu, apa yang diartikan “pengetahuan” itu, adapun pengetahuan itu adalah kesatuanan antara subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu,dalam mana obyek itu dipandang oleh subyek sebagai dikenalinya, demikianlah kita mengerti apa artinya orang berkata : saya melihat pohon; saya mengenal lagu itu dan sebainya.
Pengetahuan adalah pengetahuan yang benar dan ”Kebenaran”dapat mengenai hal – hal yang berkenaan dengan pancaindra contohnya api itu panas dan yang berkenaan dengan rohani contohya api itu bersifat ruang adalah peristiwa didalam waktu terjadi akibat suatu hal yang lain. Oleh sebab itu ada kekhilafan – kekilafan peninjauan atau kekhilafan pemikiran maka trjadilah pengetahuan yang tidak benar. Teori pengetahuan harus berurusan dengan sumber-sumber pengetahuan itu. Itu pun teori kebenaran tidak menetapkan apa yang sungguh atau yang tidak sungguh dan setiap kebenaran yang disadari mempunyai kepastian. Maka yang tingal bagi teori kebenaran ialah memikirkan barang apakah di dalam semuanya itu yang menumbuhkan kesatuan. Barang itu adalah kenyataan bahwa ada perhubungan antara pengetuhuan kita dan barang apa yang menjadi obyeknya dan karma perhubungan itulah, maka pengetahuan itu sungguh, sedangkan dalam hal yang lain ia tidak memenuhi tujuannya. Perhubungan itulah yang dinamakan orang “kebenaran”. Sedangkan perhubungan itu adalah persesuaian antara obyek dan pengetahuan kita akan obyek itu.
B. Berbagai pendirian tentang kebenaran
Adapun menurut kesadaran yang naïf realistis,perhubungan itu ialah suatu persesuaian antara pikiran dan obyek, dalam ilmu filsafat masih tinggal dua pendirian dari pengertian kebenaran yang pra filsafat itu ; ia bergantung pada wawasan orang tentabg corak pengetahuan kita pada umumnya. Orang dapat menanggap obyek-obyek yang ditujui oleh pemikiran kita sebagai gambaran-gambaran yang tebentuk oleh pemikiran kita. Sedangkan kita tidak mengetahui apa-apa tentang perhubungan antara itu dan benda yang sebenarnya,yang ada tersembunyi di belkangnya. Boleh jadi orang pun sama sekali menyangkal adanya” benda-benda yang sebenarnya” itu ataupun ia mengira boleh atau harus mnerima pikiran, bahwa ada perhubungan erat antara gambaran pemikiran kita dan “ bendayang sebenarya” itu. Kalau demikian adanya, maka sudah ada pikiran yang serba lain tentang perhubungan antara jiwa dan benda, sehingga telah ditetimalah pengertian kebenaran yang lain.
Anggapan yang tersebut terakhir masih nyata menunjukkan adanya persesuaian dengan pengertian kebenaran yang biasa. Dalam hal itu kira-kira pandangan orang seolah-olah sesuatu susuna yang telah terlukis, kita lukiskan kembali dalam ”kebenaran” dengan memakai alat-alat yang serba baru.maka definisi tadi kira-kira demikianlah dapat kita tegaskan: “Kebenaran tidak hanya berdasarkan pada rasio,kepercayaan,dugaan dan seterusnya, tapi berdasarkan perhubungan antara jiwa kita dan barang apa yang dijurusinya.
Maka dalam menjawab pertanyaan akan dapat ditidaknya dipertahankan pengertian kebenaran menurut realisme kita, seperti pun pada pendirian-pendirian tetang kebenaran,didesak sampai melampaui batas-batas pengertian kebenaran yang paling sempit dan kali ini lagi Kejurusan masalah sifat obyek pengetahuan (“barang apa yang dituju pengetahuan”). Adapun kita terdorong menuju pertanyaan tentang perhubungan antara kesadaran kita dan suatu dunia luar yang “selaras” dengan dia. Maka sifat pengetahuan kita itu menjadi pokok pesoalan, dan bersamanya pula: sumber-sumber pengetahuan kita.
Teori kebenaran,teori pengetahuan metafisika berkembang dengan berdasarkan satu masalah;sebaliknya” Jawab” kita baru jelas dan bulat, kara sekalian itu memberi sumbangannya. Kita akan menjelajahnya dan sambil melangkah maju, maka masalah kebenarannya itu akan tampak oleh kita dalam corak-coraknya yang baru, yang sedemikianrupa, sehingga tiap-tiap gambaran yang mungkin ada dapatlah menjadi bentukan yang lebih sempurna. Dengan demikian ternyata system filsafat itu masalah kebenaran yang terurai dan dipandang dalam satu visi bersama jawabannya.maka dalam masalah kebenaran itulah tersembunyi seluruh lingkaran problematic filsafat.
sumber: khofif.wordpress.com

Artikel Terkait




share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 11:31 and have 0 komentar

No comments: