Sebagai sebuah konsep yang harus dituangkan ke dalam sistem
kurikulum, biasanya pendidikan multikultural secara umum digunakan metode dan
pendekatan (method and approaches) yang beragam. Adapun metode yang dapat
digunakan dalam pendidikan multikultural adalah sebagai berikut:
1.
Metode Kontribusi
Dalam penerapan metode ini pembelajar diajak berpartisipasi
dalam memahami dan mengapresiasi kultur lain. Metode ini antara lain dengan
menyertakan pembelajar memilih buku bacaan bersama, melakukan aktivitas bersama.
Mengapresiasikan even-even bidang keagamaan maupun kebudayaan yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat. Pebelajar bisa melibatkan pembelajar didalam
pelajaran atau pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa ini. Namun perhatian
yang sedikit juga diberikan kepada kelompok-kelompok etnik baik sebelum dan
sesudah event atau signifikan budaya dan sejarah peristiwa bisa dieksplorasi
secara mendalam.
Namun metode ini memiliki banyak keterbatasan karena
bersifat individual dan perayaan terlihat sebagai sebuah tambahan yang
kenyataannya tidak penting pada wilayah subjek inti.
2. Metode Pengayaan
Materi pendidikan, konsep, tema dan perspektif bisa
ditambahkan dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya. Metode ini
memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang masyarakat yang berbeda
kultur atau agamanya. Penerapan metode ini, misalnya adalah dengan mengajak
pembelajar untuk menilai atau menguji dan kemudian mengapresiasikan cara
pandang masyarakat tetapi pembelajar tidak mengubah pemahamannya tentang hal
itu, seperti pernikahan, dan lain-lain.
Metode ini juga menghadapi problem sama halnya metode
kontributif, yakni materi yang dikaji biasanya selalu berdasarkan pada
perspektif sejarahwan yang mainstream. Peristiwa, konsep, gagasan dan isu disuguhkan
dari perspektif yang dominan.
3. Metode Transformatif
Metode ini secara fundamental berbeda dengan dua metode
sebelumnya. Metode ini memungkinkan pembelajar melihat konsep-konsep dari
sejumlah perspektif budaya, etnik dan agama secara kritis. Metode ini
memerlukan pemasukan perspektif-perspektif, kerangka-kerangka referensi dan
gagasan-gagasan yang akan memperluas pemahaman pembelajar tentang sebuah ide.
Metode ini dapat mengubah struktur kurikulum, dan
memberanikan pembelajar untuk memahami isu dan persoalan dari beberapa
perspektif etnik dan agama tertentu. Misalnya, membahas konsep “makanan halal”
dari agama atau kebudayaan tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik dalam
masyarakat. Metodeini menuntut pembelajar mengolah pemikiran kritis dan
menjadikan prinsip kebhinekaan sebagai premis dasarnya.
4. Metode Pembuatan Keputusan dan Aksi Sosial
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan
aktivitas nyata dimasyarakat, yang pada gilirannya bisa merangsang terjadinya
perubahan sosial. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk memahami dan membahas
isu-isu sosial, tapi juga melakukan sesuatu yang penting berkaitan dengan hal
itu.
Metode ini memerlukan pembelajar tidak hanya mengeksplorasi
dan memahami dinamika ketertindasan tetapi juga berkomitmen untuk membuat
keputusan dan mengubah sistem melalui aksi sosial. Tujuan utama metode ini
adalah untuk mengajarkan pembelajar berpikir dan kemampuan mengambil keputusan
untuk memberdayakan mereka dan membantu mereka mendaptkan sense kesadaran dan
kemujaraban berpolitik.
Pendekatan-pendekatan yang mungkin bisa dilakukan di dalam
pendidikan kultural adalah sebagai berikut:
Pendekatan
Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan
kepada pembelajar dengan menengok kembali ke belakang. Maksudnya agar pebelajar
dan pembelajar mempunyai kerangka berpikir yang komplit sampai ke belakang
untuk kemudian mereflesikan untuk masa sekarang atau mendatang. Dengan demikian
materi yang diajarkan bisa ditinjau secara kritis dan dinamis.
2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses
kontekstualisasi atas apa yang pernah terjadi di masa sebelumnya atau datangnya
di masa lampau. Dengan pendekatan
ini materi yang diajarkan bisa menjadi
aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai dengan
perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinisasi karena
kerangka berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian. Pendekatan
ini bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode pengayaan.
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan
tradisi yang berkembang. Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana
tradisi yang otentik dan mana yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa
mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi yang datang dari islam.
4. Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis
perseorangan secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing pembelajar
harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan karakter dan kemampuan
yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang pebelajar harus cerdas dan
pandai melihat kecenderungan pembelajar sehingga ia bisa mengetahui
metode-metode mana saja yang cocok untuk pembelajar.
5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar
untuk berlaku sopan dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab
segala materi kalau hanya didekati secara doktrinal dan menekan adanya
otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar akan cenderung bersikap kasar.
Sehingga mereka memerlukan pendekatan ini untuk mengapresiasikan segala gejala
yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian dari dinamika
kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6. Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar untuk tidak
membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang
menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala
bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa perempuan
berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan.
Keenam pendekatan ini sangat memungkinkan bagi terciptanya
kesadaran multikultural di dalam pendidikan dan kebudayaan. Dan tentu saja,
tidak menutup kemungkinan berbagai pendekatan yang lainnya, selain enam yang
disebutkan tadi di atas, sangat mungkin untuk diterapkan.
Reference
Allison Cumming, McCann. 2003. Multicultural Education
Connecting Theory to Practice, Volume 6, Issue B Pebruary, NCSAAl.
Suparta, Mundzier. 2008. Islamic Multicultural Education:
Sebuah Refleksi Atas Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Al-Ghazali Center.
Jakarta.
Zuly, Qadir. 2001. Pendidikan Islam Transformatif: Upaya
Menyingkap Dimensi Pluralis dalam Pendidikan Akidah-Akhlak. Dalam jurnal
Tashwirul Afkar, edisi No. 11, hal 38-42.
http://andiplampang.wordpress.com/2010/12/09/metode-dan-pendekatan-pendidikan-multikultural/
Artikel Terkait
Posted by 14:29 and have
0
komentar
, Published at
No comments:
Post a Comment