Backup Data Belajar Blog Belajar Office Cerita Hiburan Hikmah Keajaiban dan Misteri Kesehatan Khotbah Kisah Orang Terbuang Komputer Laptop Handphone Mobil dan Motor Pendidikan Privasi Renungan Suka-suka Trading Forex Trik Internet Uncategories

Pembelajaran Contextual An Learning (CTL)

Pembelajaran Contextual An Learning (CTL)


MAKALAH
PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL )
Mata Kuliah Teori Pembelajaran
( Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Mansur, MA )









Disusun Oleh :
Mat Barir NIM : 357.9.1.12
Miftahudin NIM : 358.9.1.12
Muhtaruddin NIM : 359.9.1.12


PROGRAM PASCA SARJANA ( S2 ) - M.Pd.I
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN ( UNSIQ )
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2012

PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL )

A. KATAPENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,Tim penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini tim penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

B. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan masalah yang komplek, antara lain ia mencakup soal kurikulum, para guru, keadaan masyarakat dan kiranya juga soal politik. Walaupun kurikulumnya baik, tetapi jika korps guru kurang kemampuannya dalam menyampaikan ilmu kepada anak didiknya,maka kurikulum yang baik itu tidak banyak manfaatnya. Bila kurikulumnya baik para gurupun bermutu, namun jika para murid pada umumnya bersifat santai, malas belajar dan tidak disiplin, maka kedua faktor yang terdahulupun tidak akan banyak manfaatnya. Dan mendangkalnya mutu pendidikan sekarang ini kiranya juga merupakan akibat dari politik Pemerintah yang berupa pemerataan pendidikan yang lebih mengutamakan memperbanyak materi pelajaran daripada menghidupkan kemampuan (kompetensi) anak didik.
Alhamdulillah saat ini Pemerintah sudah memandang tiba saatnya untuk memperbaiki mutu pendidikan, misalnya dengan mengadakan berbagai macam workshop kepada para guru dari semua tingkatan perguruan. Pemerintahpun merencanakan memperbaiki penghasilan para guru di tahun depan atau pada masa-masa yang akan datang,sebagaimana yang disebutkan dalam UU tentang Standar Pendidikan Nasional dan UU tentang Guru . Hal ini penting sekali, karena bagaimana mungkin para guru dapat mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya kepada tugas-tugasnya bilamana mereka terus dirongrong oleh beban hidup yang berat.

Tetapi tindakan perbaikan dari pemerintah saja tidak cukup. Semua wajib membantu usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan para guru dari semua tingkatan perguruan, antara lain wajib bekerja penuh dedikasi, berdisiplin dan senantiasa meningkatkan pengetahuannya, sedangkan para orang tua wajib membantu dalam menegakkan disiplin belajar dan perilaku putra-putrinya.

C. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehinggasering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatanyang memberdayakan siswa dalam pendekatan kontekstual (CTL).
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium forContextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi,20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunai pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberikesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SMPDepdiknas. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbinganguru. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya memberikan kesempatankepada siswa untuk melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi.Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif.Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yangefektif, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah.
Namun Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangkapendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antaramateri yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya denganpenerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga danmasyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalambentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkandaripada hasil Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang barubagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukansendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yangdikelola dengan pendekatan kontekstual.




D. PENGERTIAN CTL
1. Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning /CTL adalah sebuah sistem yang bersifat menyeluruh yang menyerupai cara alam bekerja
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan salah satu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi
Pembelajaran kontekstual ialah kaedah pembelajaran yang menggabungkan isikandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan alam pekerjaan. Kaedah ini menyediakan pembelajaran secara konkrit yangmelibatkan aktiviti hands – on dan minds – on

MenurutMulyasa
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.

MenurutNurhadi
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

MenurutDr.WinaSanjayaM.Pd
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

2. Landasan Filosofi
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
• Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
• Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
• Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
• Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
• Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut

3. Inquiry ( Menemukan )
Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

Siklus Inqiry antara lain :
• Observasi
• Bertanya
• Mengajukan dugaan
• Pengumpulan data
• Penyimpulan
E. HAKIKAT PEMBALAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Pembelajaran secara kontekstual berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial. Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat. Dalam kaitannya dengan ini, maka pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas mengaktifkan, menyentuhkan, mempertautkan; menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara dinamis. Sementara itu, belajar pada dasarnya merupakan proses menyadari sesuatu, memahami permasalahan, proses adaptasi dan organisasi, proses asimilasi dan akomodasi, proses menghayati dan memikirkan, proses mengalami dan merefleksikan,dan proses membuat komposisi dan membuka ulang secara terbuka dan dinamis. Itulah sebabnya landasan CTL adalah konsep konstruktivisme.
Pembelajaran dan pengajaran kontektual melibatkan parasiswa dalam aktifitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi
Pembelajaran dengan CTLakan memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiyah dan kemudian peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung berbagai materi yang telah dipelajarinya. Pembelajaran CTL mendorong peserta didik memahami hakikat,makna, dan manfaatbelajar sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa belajar .

F. ASAS-ASAS STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam diartikan sebagai proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan pengasuhan dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia da di akhirat. Pengertian ini mengandung lima unsur pokok penddikan Islam, pertama,Proses transinternalisasi. Kedua pengetahuan dan nilai Islam, ketiga,peserta didik sebagai subjek dan objek. Keempat melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan dan pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensi, kelima, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat
Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar "transper of knowledge" ataupun "transper of training", ....tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi “keimanan” dan “kesalehan”, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan .Dengan demikian, dapat dikatakan pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam. Maka sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagian dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagian dunia dan akhirat, maka yang harus diperhatikan adalah "nilai-nilai Islam tentang manusia; hakekat dan sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan kewajibannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Semua ini dapat kita jumpai dalam al-Qur'an dan Hadits
Berdasarkan hakikat pendidikan Islam di atas, Menurut Tim DepagAsas-asas pelaksanaan strategi atau metode pendidikan Islam mencakup (1) Asas Motivasi, artinya Pendidik harus berusaha membangkitkan minat peserta didik sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan.(2) Asas Aktivitas,artinya dalam proses belajar mengajar peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani. (3) Asas Apersepsi,artinya pendidik harus menghubungkan bahan yang akan dipelajari dengan apa yang telah diketahui peserta didik. (4) Asas Peragaan,artinya pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan. (5) Asas Korelasi, artinya proses belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagai dimensi yang kompleks yang saling berhubungan. Pendidik hendaknya memandang peserta didik sebagai sejumlah daya-daya yang dinamis yang senantiasa berinteraksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan. (6) Asas Konsentrasi, asas yang memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran, jadi dengan asas ini pendidik mengupayakan memberikan masalah yang menarik kepada peserta didik. (7) Asas Individualisasi, yaitu asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik. (8) Asas sosialisasi, yaitu asas yang memperhatikan penciptaan suasan social yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dan pendidik atau sesame peserta didik dan masyarakat sekitarnya. (9) Asas Evaluasi, yaitu asas yang memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. (10) Asas Kebebasan, asas ini memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacau pada hal-hal positif. (11) Asas Linkungan, asas yang berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan (12) Asas Globalisasi, yaitu asas sebagai akibat psikologi totalitas (13) Asas Pusat minat,yaitu asas yang memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap e jurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesui dengan kebutuhan (14) Asas Keteladanan, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang sekitarnya. dan (15) Asas Pembiasaan, yaitu asas yang yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik
Masih banyak asas dalam dalam penerapan berbagai strategi pembelajaran, pembahasan ini tidak menjadi pokok dalam tulisan ini, namun memiliki peran yang penting dalam menerapkan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya strategi CTL. Beberapa asas di atas merupakan pandanga-pandangan secara umum dalam penerapan strategi pendidikan Islam termasuk dalam Contextual Teaching and Learning sehingga tujuan pendidikan Islam tercapai dengan baik .

G. KONSEP DASAR CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi Pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehinggamendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka Dari konsep di atas ada tiga hal yang harus dipahami; pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata . Hal ini sangat penting,sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya bukan hanya mengharapkan siswa memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk dalam otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sebagai sebuah pendekatan pembelajaran CTL memiliki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekata CTL. Asas ini sering juga disebut dengan Komponen pembelajaran[7] yang meliputi: (1) Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.(2) Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. (3) Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan. (4) Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat. (5) Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik. (6) Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya. (7) Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

H. PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menunutu perubahan –perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar .
Dalam Penerapannya CTL adalah sebuah Sistem yang menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian saling berhubungan, jika bagian-bagian ini terjalin dengan baik maka akan menghasilkan pengaruh yang lebih baik dan siswa akan mampu membuat hubungan y ang menghasilkan makna. Sistem CTL mencakup delapan komponen; (1) membuat kaitan-kaitan yang bermakna,(2) Melakukan pekerjaan yang berarti, (3) Melakukan Pembelajaran yang diatur sendiri,(4) bekerjasama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu tumbuh dan berkembang, (7) mencaai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian yang autentik
Sehubungan dengan sitem di atas maka pembelajaran diarahkan pada pencapaian kompetensi yang sesuai dengan Sistem CTL sebagai berikut:
Pertama, Siswa akan membangun keterkaitan antara seolah dan konteks kehidupan nyata seperti bisnis dan lembaga masyarakat. Berbagai cara efektif untuk mengaitkan pembelajaran dengan konteks sehari-hari siswa, diantaranya adalah (1) di kelas mengaitkan materi dengan konteks siswa, (2) Memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas, (3) mata pelajaran yang tetap terpisah, tetapi mencakup topic-topik yang saling berhubungan (4) mata pelajaran gabungan yang menyatukan dua atau lebih disiplin, (5) menggabungkan sekolah dan pekerjaan (6) model kliah kerja nyata atau penerapan terhadap hal-hal yang dipelajari di sekolah ke masyarakat. Contoh penerapnnya, para guru mendorong siswa untuk membaca, menulis dan berpikir secara kritis pada persoalan-persoalan controversial di lingkungan atau masyarakat mereka.
Kedua, Para siswa akan melakukan pekerjaan yang berarti; pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, yang melibatkan proses menentukan pilihan dan menghasilkan produk nyata atau tidak nyata.
Ketiga, Siswa akan bekerja sama; Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakkan mempengaruhi orang lain; membantu mereka berkomunikasi dengan orang lain. Berbagai strategi untuk kerjasama yang dilakukan dalam kelas di antarannya adalah; (1)tetap focus pada tugas kelompok, (2)bekerja secara kooperatif dengan para anggota kelompok lainnya, (3) mencapai keputusan kelompok untuk setiap masalah, (4) meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompok memahami setiap solusi yang ada sebelum melangkah lebih jauh, (5) mendengarka orang lain dengan seksama dan mencoba memanfaatkan ide-ide mereka, (6) berbagi kepemimpinan dalam kelompok (7) memastikan setiap orang ikut berpartisipasi dan tidak ada salah seorang yang mendominasi kelompok (8) bergiliran mencatat hasil-hasil yang telah dicapai kelompok
Keempat, Para siswa akan menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif sehingga dapat mengembangkan minat individu, mampu bekerja sendiri atau dalam kelompok dan belajar lewat praktek. Langkah yang diambil siswa untuk menguasai kemampuan mengatur sendiri adalah dengan; mengambil tindakan, mengajukan pertanyaan, membuat pilihan, membangun kesadaran diri, kerjasama.
Kelima, Para siswa akan menggunakan pikiran ingkat tinggi ang kreatif dan kritis; menganalisis, melakukan sintesis,memecahkan masalah, membuat keputusan, menggunakan logika dan bukti.Ada delapan langkah yang dilakukan oleh pemikir kritis; Pertama, Apa isu, masalah, keputusan atau kegiatan yang sedang dpertimbangkan? Kedua,apa sudut pandangnya? Ketiga,apa alas an yang diajukan? keempat,Asumsi-asumsi apa saja yang dibuat? kelima,Apakah bahasanya jelas, keenam,apakan alasan didasarkan pada bukti-bukti yang meyakinkan. Ketujuh,Kesimpulan apa yang ditawarkan? kedelapan,apakah implikasi dari kesimpulan-kesimpulan yang sudah diambil?
Keenam, Para siswa akan mengembangkan setiap individu; tahu, member perhatian dan meletakkan harapan yang tinggi untuk setiap anak. Memotivasi dan mendorong setiap siswa. Siswa tidak dapat sukses tanpa dukungan dari orang sewasa, para siswa menghormati teman sebaya dan orang dewasa. Cara yang perlu dilakukan dalam membangun hubungan dengan siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya adalah; pertama, mengenal kehidupan rumah, ketakutan siswa dan kemampuan setiap siswa.seperti meminta setiap anak untuk enyisihkan beberapa menit setiap hari Jum’at menulis sebuah catatan singkat yang mengevaluasi perilaku mingguan mereka sebagai sesuatu yang perlu perbaikan. kedua, melakukan komunikasi dengan keluarga para siswa. Seperti mengundang ayah kerabat siswa untuk mendiskusikan persoalan siswa.
Ketujuh, Para siswa akan mengenali dan mencapai standar tinggi; mengidentifikasi tujuan yang jelas dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Menunjukkan kepada mereka cara untuk mencapai keberhasilan. Dalam system CTL guru dituntut untuk merumuskan tujuan-tujuan yang tidak hanya berat, tetapi juga tujuan yang menggabungkan pengetahuan dan tindakan dengan cara yang bermakna bagi para siswa. Beberap cara yang perlu dilakukan guru adalah: (1) Beritahukan pengetahuan yang akan dipelajari dari suatu mata pelajaran. )2)gunakan kata kerja aktif untuk menentukan dengan tepat apa yang harus dilakukan oleh para siswa setelah berhasil menguasai pengetahuan ini. (3)Jelaskan mengapa para siswa akan akan mendapatkan keuntungan setelah menelesaikan tugas tersebut. (4) Beritahu cara-cara apa saja yang bisa digunakan para siswa untuk menunjukkan bahwa mereka telah menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diminta. (5) Beri tahu para siswa cara mendapatkan hasil terbaik dari tugas, kegiatan, penilaian atau mata pelajaran yang diberikan. (6)Bandingkan tujuan-tujuan anda dengan tujuan-tujuan yang terdapat pada standar eksternal.

I. PENGEMBANGAN STRATEGI CTL DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses Pembelajaran Agama Islam di sekolah Menengah di sajikan beberapa contoh penerapannya. Dalam contoh ini dipaparkan bagaimana guru menerapkan pola pembelajaran konvensional dan dengan pola CTL. Hal ini dimaksudkan agar dapat dipahami perbedaan penerapan kedua pola pembelajaran tersebut. Misalnya Pada Kelas XI semester I pada jam tertentu guru akan membelajarkan anak tentang Mu’amalah dengan Standar Kompetensi: “Memahami hukum Islam tentang Mu’amalah. Sedangkan Kompetensi Dasar yang diharapkan (1) Menjelaskan azas-azas transaksi ekonomi dalam Islam, (2) Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam Islam dan (3) Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pola Pembelajaran Konvensional
Untuk Mencapai tujuan kompetensi tersebut di atas, mungkin guru menerapkan strategi Pembelajaran sebagai berikut: (a) Siswa disuruh membaca buku tentang mu’amalah, (b) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran seperti yang terdapat dalam kompetensi dasar di atas, (c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya manakala ada hal-hal yang kurang jelas (metode diskusi dan tanya jawab), (d) Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dilanjutkan dengan menyimpulkan, (e) Guru melakukan post-tes evaluasi sebagai upaya untuk mengecek terhadap pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan dan (f) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema Mu’amalah.
2. Pola Pembelajaran CTL
Untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini
a. Pendahuluan:
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan
dipelajari
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL;
• Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
siswa;
• Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi; misalnya
kelompok 1 dan 2 melakuka observasi ke BANK Syari’ah dan
kelompok 3dan 4 melakukan observasi ke
BANK KONVENSIONAL

• Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbgai hal yang
ditemukan oleh siswa
b. Pada bagian Inti dibagi menjadi 2 bagia:
Di Lapangan; Siswa melakukan observasi ke BANK sesuia pembagian tugas kelompok, Sisa mencatat hal-hal yang mereka temukan di BANK sesuai dengan alat observasi yang mereka tentukan sebelumnya
Di Kelas ,Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai kelompoknya masing-masing, Siswa melaporkan hasil diskusi, Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain
a. Bagian Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah
transaksi ekonomi Islam sesuai indikator hasil belajar yang harus dicapai
2) Guru menugaskan siswa utuk membuat karangan tentang pengalaman
belajar mereka dengan tema transaksi Ekonomi Islam
Dari gambaran pembelajaran di atas terlihat dengan jelas bagaimana perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran CTL. Pada bagian pendahuluan guru lebih berperan sebagai pengarah dan fasilitator dengan menjelaskan standar kompetensi pembelajaran dan kompetensi dasar serta indikator-indikator yang di gunakan dalam pembelajaran serta langkah-langkah pembelajaran berdasarkan konsep CTL. Kemudian pada bagian inti guru melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing dan fasilitator dengan membimbing siswa berdiskusi masalah pokok dalam pembelajaran Agama Islam. Guru tidak memulai pembelajaran dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari dan tidak pula menyuruh siswa mendengarkan ceramah-ceramah guru yang sering membosankan siswa, tetapi meminta siswa menceritakan pengalaman masing-masing berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan. Dalam hal ini siswa dituntut merekonstruksikan pengetahuan-pengetahuan yang di dapat dilapangan kedalam sebuah konsep, kemudian guru hanya meluruskan konsep itu sesui materi yang dipelajari.

J. PENILAIAN
Sebagai bagian kecil dari keseluruhan system Contextual Learning (CTL), penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Karena tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan pelajaran dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pengetahuan dan menemukan cara untuk memperbaiki diri.
Penilaian autentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Sebagai contoh, para siswa menjelaskan informasi akademik yang telah mereka pelajari dalam pendidikan agama Islam. Ketika melakukan tugas dalam penilaian autentik tersebut, para siswa menghadapi tantangan-tantangan yang lazim menyertai setiap usaha untuk mencapai hasil yang berarti dalam konteks pekerjaan dan masyarakat.
Keuntungan penilaian autentik bagi siswa:
Penilaian autentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit, sementara penilaian autentik yang bersifat inklusif memberi keuntungan kepada siswa dengan memungkikan mereka:
• Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka
• Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis
• Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dn masyarakat luas
• Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab – akibat
• Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan
• Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakn tugas
• Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri
Pada umumnya para pendidik mengenali empat jenis penilaian autentik: potofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara lengkap. Dalam kategori yang luas tersebut, kemungkinan untuk melakukan penilaian autentik sangat besar
Adapun karakteristik penilaian autentik (authentic asessment) sebagai berikut:
• Penilaian dilakuakn selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
• Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah peserta didik belajar? Atau apa yang sudah diketahui peserta didik?
• Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitudilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasanya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif.
• Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.
• Hasil penilain digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standart minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standart minimal belum tercapai.
K. PERBEDAAN PENDEKATAN CTL DENGAN TRADISIONAL
No PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL
1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Siswa adalah penerima informasi secara pasif
2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi. Siswa belajar secara individual
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau yang disimulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
5 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan
9 Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa Pemahaman ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal
10 Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran
11 Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia
12 Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang. Bersifat absolut dan bersifat final
13 Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
14 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
15 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll. Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes
16 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
17 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
18 Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
19 Berbasis pada siswa Berbasis pada guru
20 Seseorang berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan










L. PERBEDAAN PENDEKATAN CTL DENGAN MODERN
NO. CTL MODERN
1 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru
2 Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima informasi
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan
5 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
6 Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok) Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)
7 Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
8 Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan
9 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor
10 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman
11 Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik
12 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
13 Hasil belajar diukurmelalui penerapan penilaian autentik Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.


M. KESIMPULAN
Pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran terbukti sangat efektif dan efisien dalam menumbuh kembangkan atau meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Hal ini ditemukan pada beberapa indikator kegiatan belajar siswa diantaranya :
Melakukan hubungan yang bermakna
Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan
Belajar yang diatur sendiri
Bekerjasama
Berfikir kritis dan kreatif
Memelihara atau mengasuh pribadi siswa
Mencapai standar yang tinggi
Terdeteksi oleh penilaian autentik
Strategi Pembelajaran CTL dapat diterapkan dalam mata pelajaran apapun, termasuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk menerapkan strategi itu perlu diktahui konsep dasar CTL dan hubnungannya dengan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Prinsip penerapannya adalah pendidik harus menghubungan materi pelajaran dengan pengetahuan siswa, dan pengetahuan itu tidak semata-mata diterima oleh siswa, tetapi siswa diberi keleluasaan menemukan materi pembelajaran sehinga siswa dapat merekonstruksi pengetahuan itu menjadi pengetahuan yang bermakna kemudian pendidik mendorong siswa menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan nyata, sehingga pengetahuan bukan sekedar konsep-konsep yang terpisah dalam memori siswa yang mudah dilupakan dalam kehidupannya. Disinilah perlunya seorang pendidik Agama Islam menerapkan CTL dalam pembelajaran agar Pendidikan agama Islam tidak hanya memberikan materi sebanyak-banyaknya kepada siswa tetapi juga mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata















DAFTAR PUSTAKA
1. Elaine B.Johnson. Contextual Teaching and Learning ( CTL ), Cetakan II. Bandung : Kaifa Learning, 2011.
2. E. Mulyasa.Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2005),
3. Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK, (Malang: UNM, 2004), Edisi Revisi, Cet.I,
4. Wina Sanjaya. Pembelajaran Dalam implementasi KBK, (Jakarta:Prenada Media, 2005), Cet.1,
5. Isjoni.Guru Sebagai Motivator Perubahan, Cetakan III. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009
6. Departemen RI. KTSP, Materi Pelatihan MEDP , 2008
7. http://charlesmalinkayo.blogspot.com/2010/10/implementasi-strategi-contextual.html. Implementasi Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Pendidikan Agama Islam
diunduh hari Rabu, 30 mei 2012 pukul 21.00 wib
8. http://store.cc.cc/Macam_macam_Metode_Pembelajaran_g1g177821. Macam-macam Metode Pembelajaran
diunduh hari Kamis, 31 Mei 2012 pukul 21.00 wib
9. http://www.scribd.com/doc/21198220/APAKAH-PEMBELAJARAN-KONTEKSTUAL APAKAH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ?
Diunduh hari Senin, 21 Mei 2012 pukul 09.00 wib
10. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kontekstual-ctl.html. Pendekatan pembalajaran ctl. Diunduh hari Ahad, 27 Mei 2012 pukul 22.00 wib
11. http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/21/pengembangan-model-pembelajaran-yang-efektif-2/.
Pengembangan model pembelajaran yg efektif.
diunduh hari Jum’at, 1 Juni 2012 pukul 13.00 wib
12. http://kafeilmu.com/2011/05/definisi-pembelajaran-kontekstual-ctl.html . Definisi Pembelajaran Kontekstual.
diunduh hari senin, 28 Mei 2012 pukul 21.00 wib
13. http://kafeilmu.com/2011/02/bagaimana-melakukan-penilaian-dalam-ctl.html. Penilaian Autentik.
diunduh hari Senin, 28 Mei 2012 pukul 22.00 wib
14. R.8.http://rbaryans.wordpress.com/2007/08/01/hakikat-pembelajaran-kontekstual/. HAKIKAT PEMBELAJARAN KONTEKTUAL.
Diunduh hari senin, 4 Juni 2012 pukul 22.30 wib
15. http://my.opera.com/khairul11/blog/2009/03/12/peningkatan-proses-belajar-mengajar. PENINGKATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.
diunduh hari senin, 4 Juni 2012 pukul 22.45 wib
16. http://www.slideshare.net/romiantiteror/pendekatan-kontekstual. Pendekatan kontekstual .Diunduh hari senin, 11 juni 2012 pukul 11.00 wib

Artikel Terkait




share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 08:19 and have 0 komentar

No comments: